Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh Selamat Datang Di Blog Komunitas Hidayatullah

Cerita Hikmah

REKOMENDASI:Tampilan Maksimal, Aman dari Virus dan Proses Cepat Gunakan Browser Mozila Firefok, klik Banner di bawah Untuk Download.

Anggota Komunitas:

Wednesday, March 28, 2007

TANDA-TANDA SU’UL KHATIMAH

“Celakalah orang yang banyak zikrullah dengan lidahnya tapi bermaksiat terhadap Allah dengan perbuatannya.” (Riwayat Adailami)
Mati adalah satu kepastian. Maka ketika ‘panggilan kahir’ kehidupan dunia ini sudah tiba, tidak ada kamus yang membedakan; tua-muda, dewasa-anak-anak, kaya-miskin, rakyat jelata atau bangsawan, tinggal dirumah gedongan maupun di kolong jembatan, semua kebagia jatah yang sama: mati. Panggilan itu sungguh-sungguh tepat waktu, tidak bisa dimajukan (walau melalui berbagai cara) atau pun ditunda (juga dengan berbagai usaha) innalillahi wa inna ilaihi raajiuun.
Yang penting bagi kita sebagai Muslim, bagaimana agar tugas akhir dalam kehidupan sebagai Abdullah (hamba Allah) maupun sebagai khalifatullah (wakil Allah Swt) di muka bumi ini, menyandang gelar terhormat, dengan jaminan dan keistimewaan yang luar biasa yakni, khusnul khatimah.
Dalam tulisan Al-qur’an kali ini, kami ingin mengungkapkan cirri-ciri/ ataub sebab-sebab amaliyah yang mengantarkan seeorang pada akhir kehidupan yang buruk atau su’ul khatimah. Semoga yang demikian kita dapat menghindarinya dan masuk ke dalam kelompok orang yang berpulang (meninggal dunia) dengan cara khusnul khatimah. Amin ya robbal ‘alamin.
Sebab-sebab atau ciri-ciri su’ul khatimah tersebut adalah sebagai berikut :


  1. Rusak Aqidahnya

  2. Ini adalah peringatan pertama. Bahwa sekalipun seorang sentiasa melakukan amal sholeh dan zuhud (tidak mengejar kemewahan dunia). Tetapi jika aqidahnya rusak sedangkan dia tetap meyakini bahwa aqidahnya masih betul (lurus) dan tidak pernah merasa telah tersesat, maka dia akan melihat kesesatan aqidahnya itu, ketika datang saat sakaratul maut (hampir mati) nanti.
    Pada saat itu bersangkutan baru terbelalak kaget, karena pa yang diyakininya ternyata menyimpang daari jalan Islam yang benar. Kematian dalam suasana seperti ini menjadi su’ul khatimah. Naudzubillahi min dzalik, lantaraan yang bersangkutan tidak sempat bertaubatdari kesesatannya dan kala itu pintu taubatsudah ditutup. Firman Allah dalam ayat 47 surah Az-Zumar yang menjelaskan: “..dan jelaskah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan.”
    Dalam Firman-Nya yang lain dalam ayat 103 hingga 104 surah Al-Kahfi Allah menerangkan: Katakanlah: “Apakah akan kami beritahu kepadamu tentang orang-orang yang paling rugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini. Sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”
    Setiap aqidah yang melenceng dari landasan Islam yang benar (syari’at Islam), maka segala amal sholeh dan kezuhudnya, tidak dapat menjadi penolong baginya kelak. Aqidah yang shohih (yang lurus) adalah telah tertuang dalam Al-Quran dan Hadits.

  3. Melanggengkan Perbuatan Maksiat

  4. Maksiat adalah perbuatan yang tercela. Namun demikian, hampir tidak ada manusia yang dapat menghindari dari perilaku maksiat. Yang bijak, jika tenggelam dalam maksiat, segera bangkit dan bertaubat. Mengapa? Tidak lain karena setiap perkara yang menjadi kebiasaan pada diri seseorang maka hal itu akan diingati ataupun terbayang di saat kematian tiba.
    Sekiranya dia sentiasa beramal dengan amalah sholeh, maka saat datang kematian, dia akan mengenang/ingat/, segala kebaikan yang pernah dialkukan. Manakala dia senantiasa bergelimang dengan dosa, maka ketika nafasnya akan dicabut oleh malaikat, dia akan kembali mengingat segala maksiat yang dilakukannya.
    Inilah yang menjadi beban dan menjadi dinding penghalang antara dia dan Allah. Dan hal itu yang menyebabkan sulitnya saat terakhir sebelum menghembuskan nafas terakhir. Rasulullah bersabda: “Celaka orang yang banyak zikrullah dengan lidahnya, tapi ia bermaksia terhadap Allah dengan perbuatannya.“ (Riwayat Adailami).
    Orang yang semula ahli maksiat, tapi dengan segera diikuti taubat, maka dia tidak akan mengalami kegetiran sakaratul maut. Bahkan dijanjikan segal kejahatannya akan diganti dengan kebaikan sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Kecuali orang-orang yang bertaubat beriman, dan mengerjakan amal sholeh, maka kejahatan mereka diganti Allah Maha Pengampun lagi Maaha Penyayang“(Al-Furqan: 70)
    Lain halnya dengan mereka yang terus melakukan maksiat sehingga dosanya bertumpuk-tumpuk, hingga melebihi jumlah kebaikan dan ketaatan yang telah dilaksanakan, dan bahkan dia melakukan kemaksiatan dengan terang-terangan, maka dia akan menghadapi kegetiran ketika sakaratul maut menjelang.
    Kita memohon kepada Allah agarterhindar daari perilaku yang demikian itu, dan diringankan hati untuk lekas bergegas ke jalankembali (taubat).

  5. Berpaling Dari Istiqaamah (Islam)

  6. Akhir hayat adalah ibarat arena lomba yang masing-masing tidak tahu dimana garis finisnya. Bila ingin mendapatkan hadiah, setiap peserta wajib menuntaskan lombanya hingga ke garis finis. Ketika didapati peserta lomba yang sedari awal tercatat sebagai peserta pertandingan, akan tetapi dia tidak menuntaskannya (beristiqamah) hingga garis finis, maka dia tidak berhak mendapatkan hadiah.
    Demikianpun, meski seorang dibagian awalnya memegang teguh dienul Islam namun pada perjalanan berikutnya berupah menjadi murtad-kita berlindung kepada Allah dari perilaku yang demikian ini-maka dia akan mendapati akhir hayatnya sebagai su’ul khatimah/jahat/buruk di akhir hidupnya.
    Sebagaimana yang terjadi pada iblis, dimana sebelumnya dia adalah merupakan pemimpin para malaikat dan guru mereka dalam ketaatan kepada Allah, akan tetapi iblis melakukan pembangkangan, maka dia diganjari makhluk yang terkutuk dan sesat.
    Begitu juga yang dialami oleh Bal’am ibnu Ba’ura yang mana merupakan seorang ulama’ yang hebat pada masanya, tetapi akhirnya menjadi hina karena menurut hawa nafsunya. Begitu juga seorang abid yang bernama Barsisa yang tenggelam mengikuti jejak langkah syaitan, karena terpengaruh dengan kata-kata syaitan. Kisah Barsisa ini dapat kita baca dalam tafsir surah Al Hasyr ayat 16 dan 17, contoh bagi orang yang diperdaya oleh syaitan: “(bujukan orang-orang munafik itu adalah)seperti (bujukan) syaitan ketika dia berkata kepada manusia: “Kafirlah kamu!”, maka tatkala manusia itu telah kafir maka dia berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam”. Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kelak di dalamnya. Demikian balasan orang-orang yang zalim”.

  7. Lemah Iman

  8. Terakhir, lemahnya iman menjadi indikasi seseorang akan masuk dalm kelompok su’ul khatimah. Ini terjadi karena seseorang yang memiliki keimanan yang lemah, maka lemahlah kecintaannya kepada Allah, sebaliknya: kuat dan bertambahlah kecintaannya kepada dunia.
    Suasana hati yang seperti ini (akibat lemahnya iman), akan menyebabkan dia tidak merasa bersalah ketika melakukan tindakan maksiat, dan tidak merasa bahwa dia akan bertanggung jawab apa yang sedang/telah dilakukannya kepada Allah. Dia bahkan melakukannya dengan bebas tanpa rasa takut dan khawatir pada aturan agama.
    Sungguh berbahayanya suasana jiwa yang seperti ini, sebab bila tiba saat kematian, akan semakin bertaambah-tambah kecintaannya kepada dunia, sesuatu yang pasti yang akan ditinggalkannya. Dia rasa begitu sayu dan payah untuk meninggal dunia yang penuh penipuan ini. Maka ketika nafasnya berpisah dari jasad dalam suasana seperti ini, maka dia termasuk golongan mereka yang jahat akhir hidupnya.
    Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah dosa dan kesalahan kami, dan jauhkanlah kami dari kelompok orang-orang yang tersebut diatas. Jadikanlah akhir hayat kami sebaik-baik pengakhiran, khusnul khatimah (*Ali Athwa)

No comments: